Pertama adalah Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digawangi Partai Golkar, PAN, dan PPP. Meski menjadi yang pertama kali terbentuk, namun koalisi ini tampak gamang siapa yang akan diusung.
Kedua adalah Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR), yang berisi duo Gerindra dan PKB. Belum ada deklarasi resmi, tapi Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto digadang akan jadi capres dari koalisi ini.
Ketiga, wacana pembentukan Koalisi Perubahan oleh Nasdem, Demokrat, dan PKS. Berbeda dengan KIB, koalisi ini belum resmi tapi sudah menyatakan dukungan pada Anies Baswedan sebagai calon presiden.
Keempat ada PDIP yang bisa mengusung capres sendirian karena sudah mengantongi tiket presidential threshold. Tapi PDIP belum menentukan siapa capresnya. Padahal ada dua nama yang nyaring didengungkan ke publik, yaitu Ganjar Pranowo dan Puan Maharani.
Apa Kepentingan Jokowi?
Presiden Joko Widodo tentu memiliki banyak kepentingan dalam memastikan siapa yang jadi suksesornya nanti. Mantan Walikota Solo itu tentu ingin agar penggantinya bisa melanjutkan catatan-catatan kinerja yang sudah dia buat. Tidak mungkin Jokowi akan rela menyerahkan tampuk pimpinan negeri yang tidak mendukung proyek Ibu Kota Negara (IKN) baru. Belum lagi proyek infrastruktur lain yang sedang dikebut dan belum selesai hingga akhir masa jabatannya.
Dalam hal ini, tentu yang dikehendaki Jokowi adalah jagoan dari partai-partai yang kini menjadi bagian pemerintah. Hanya ada dua partai parlemen yang bukan bagian dari pemerintah, yaitu PKS dan Demokrat. Sehingga sulit bagi Jokowi merestui calon yang diusung dari Koalisi Perubahan.
Namun bukan hanya soal proyek negara yang ada dipikirkan Jokowi. Tapi juga bagaimana anak dan anak mantunya tetap bisa sukses menitik karir politik. Apalagi anak bungsunya, Kaesang Pangarep sudah menyatakan keinginan untuk masuk ke ranah politik.
Perlu diingat, Pilkada Serentak 2024 digelar bulan November atau sebulan setelah Jokowi tidak lagi menjabat presiden. Pemegang tampuk kekuasaan saat itu tentu akan berpengaruh besar kepada siapa calon kepala daerah yang akan terpilih, termasuk nasib Gibran Rakabuming Raka, Bobby Nasution, dan Kaesang Pangarep yang diyakini jadi kontestan.
Prabowo Pilihan Tepat
Di antara semua bakal calon yang beredar, nama Prabowo Subianto paling cocok untuk didukung Jokowi. Apalagi pada saat HUT Perindo, Jokowi pernah melempar pernyataan bahwa setelah dirinya, maka jabatan presiden adalah jatah Prabowo.
“Kelihatannya setelah ini jatahnya Pak Prabowo,” tutur Jokowi yang turut disaksikan Prabowo Subianto.
Pernyataan yang cukup beralasan dilempar Jokowi. Sebab, Prabowo kini adalah bagian orang dekatnya. Dalam beberapa unggahan viral terakhir, Prabowo tampak serius memperhatikan arahan Jokowi. Dia bahkan mencatat setiap ucapan Jokowi dengan tulisan tangannya ke buku kecil yang dibawa. Artinya, Prabowo sudah menjadi bagian yang bisa dipercaya menjalankan tugas. Termasuk dipercaya melanjutkan kerja-kerja Jokowi yang belum rampung.
Secara historis, Jokowi juga perlu berterima kasih kepada Prabowo yang sudah membawanya dari Solo ke Jakarta. Perjalanan itu pula yang kemudian mengubah karir Jokowi secara drastis, yakni menjabat dua kali presiden negeri ini.
Tidak hanya itu, Prabowo juga merupakan pemimpin partai yang memiliki suara terbesar kedua di Indonesia. Posisi di partainya pun sangat kuat dan tidak mungkin tergantikan jika memang dia tidak menghendaki diganti. Posisi yang mirip dengan Megawati Soekarnoputri, memimpin partai dengan suara besar tapi sulit untuk digeser dari pucuk pimpinan. Bedanya, Megawati tidak lagi menjadi kandidat capres seperti Prabowo.
Dengan kekuatan partai besar yang dipimpin, Prabowo bisa dengan mudah membantu anak dan mantu Jokowi mengarungi dunia politik. Gerindra bisa jadi garansi Gibran, Bobby, dan Kaesang sukses.
Dengan catatan tersebut, sudah selayaknya Jokowi membalas budi dengan memberi dukungan untuk Prabowo Subianto. Tapi dalam wujud apa dukungan itu, hanya Jokowi yang tahu dan paham caranya.
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.