Khofifah Menghilang, Kiai Said Datang




Apa yang diungkap kiai kharismatik ini masuk akal juga. Kiai Said Aqil Siraj adalah ulama besar NU. Posisinya sebagai mantan Ketua PBNU dua periode cukup besar pengaruhnya terhadap kaum Nahdliyin.

Setelah harapan kepada Khofifah untuk menjadi cawapres Anies sirna, Said Aqil Siraj bisa menjadi alternatif. Nama besar Said Aqil Siraj yang sempat digadang-gadang menjadi kandidat cawapres Jokowi pada Pemilu 2019, bisa dimunculkan kembali untuk cawapres 2024. Kali ini bukan sebagai cawapres Jokowi, tapi Cawapres Anies Baswedan.



Anies butuh tokoh NU. Dan NU, jika mau berkalkulasi dengan benar, lebih menguntungkan kalau negeri ini dipimpin Anies Baswedan. Ini bisa dibaca dari peran Anies di DKI. Seberapa besar manfaat yang diterima NU DKI, juga ormas-ormas lain, saat ibukota dipimpin oleh Anies Baswedan. Ini kalau kita bicara dan menggunakan standar fakta.

Tentu mendampingkan Said Aqil Siraj dengan Anies bukan hal mudah. Meski keduanya, baik Anies maupun Kiai Said sangat berkeinginan. Ada dua hal yang harus dijawab terlebih dahulu. Pertama, apakah Kiai Said Aqil Siraj berani dan punya nyali untuk jadi cawapres Anies?

Saat ini, soal nyali dan keberanian menjadi syarat utama untuk menjadi cawapres Anies. Untuk bertemu Anies saja, banyak tokoh yang terpaksa harus “ngumpet-ngumpet”. Mereka bertemu diam-diam. Apalagi ketua partai. Ketahuan bertemu dengan Anies, besoknya bisa jadi tersangka. Begitulah potret politik dan demokrasi hari ini. Sarat tekanan.

Soal berani, Kiai Said mungkin punya nyali. Kiai Said terbiasa berada dalam posisi antimainstream. Bahkan tak jarang, beliau membuat sikap kontroversial. Lagian, beliau belum pernah jadi pejabat. Tidak punya dosa korupsi, sehingga bukan orang yang tersandera dan tidak bisa dijadikan tahanan luar. Syarat nyali, Kiai Said mungkin punya.

Kok mungkin? Iya. Kita seringkali dikagetkan oleh “tekanan” lawan Anies Baswedan yang tak pernah bisa dibayangkan sebelumnya. Lihat tekanan kepada Surya Paloh, Ketua Umum Nasdem. Tak pernah terbayangkan oleh Surya Paloh kalau kader-kadernya di kabinet satu persatu harus berurusan dengan hukum.

Belum juga bisnisnya yang hanya hitungan hari, rontok satu persatu. Metro TV kehilangan banyak iklan. Semua iklan dari BUMN, cabut. Ini sekaligus memberi pesan kepada siapapun: Jangan usung Anies.

Pertanyaan kedua, apakah tiga partai pengusung Anies dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) bisa terima Kiai Said sebagai cawapres Anies? Nasdem dan PKS dipastikan bisa menerima. Tapi Demokrat?

Selama ini, Demokrat sepertinya masih terus berharap jika cawapres Anies adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Harapan yang wajar selama tidak menjadi harga mati. Demokrat berupaya mayakinkan Anies dan KPP bahwa AHY saat ini adalah sosok yang paling punya nyali di saat sejumlah tokoh ketakutan dan berusaha menghindari Anies.

Bagaimana dengan potensi kemenangan jika AHY dampingi Anies? Simulasinya masih harus dikalkulasi dengan cermat dan akurat.

Anies dan KPP masih mencari alternatif cawapres yang selain punya nyali, juga bisa menambah elektoral dan sekaligus menambah kekuatan koalisi. Saat ini, di luar KPP, semua partai masih ketakutan untuk bergabung dengan KPP dan mengusung Anies. Ini bicara hari ini. Entah hari esok.

Seiring dengan semakin berakhirnya masa kekuasaan rezim lama, tidak menutup kemungkinan akan ada partai yang loncat. Exit dari koalisi penguasa dan bergabung dengan KPP. Semua serbamungkin.

Kembali ke Kiai Said, mampukah ia meyakinkan Demokrat untuk menerimanya sebagai cawapres Anies? Politik selalu dinamis. Kita tunggu episode demi episode berikutnya.

Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.





Source link


Posted

in

by

Tags:

Comments

Leave a Reply